Traveling : it leaves you speechless, then turns you into a storyteller – Ibn Battuta
Yes, that was sooo
damn true! Jadi, taun 2015 kemarin Alhamdulillah Silmi masih dikasi kesempatan
untuk mengunjungi beberapa Negara di belahan dunia, and it made me feel soo speechless until I realized how grateful I am to be the one who got the chance to travel around the world! Bulan April
kemarin, tiba-tiba ibu ngajakin aku untuk nemenin beliau tour keliling Eropa
bareng temen-temennya, nah awalnya aku kira ini ga akan jadi, disamping biaya
tour yang cukup mahal, lama perjalanannya cukup ngebuat aku berpikir lagi untuk
ninggalin koass selama 3 minggu. But, chance
is always a chance! Never comes twice.
Semua urusan keberangkatan selalu aja dimudahin sampe akhirnya aku bener-bener siap
untuk berangkat nemenin ibu (katanya sih selain buat nemenin ibu di perjalanan,
bisa sekaligus jadi penerjemah dan tukang foto ibu, hehehe gapapa lah). Jadilah
kemarin silmi dan ibu pergi Eurotrip
selama 3minggu, rutenya: Italy – Swiss –
Austria – Germany – Netherland – Belgium – France! Hayo siapa yang ga
nolak? Haha.
Nah, desember kemarin juga salah satu sahabat aku (orang
Malaysia) menikah, aku dan 2 orang temen diminta untuk jadi bridesmaidnya. Jadi kita meluncur deh ke
Kuala Lumpur. Walopun Cuma 4 hari di Malaysia, traveling singkat bin hemat ini bener-bener bikin happy dan recharge our mind banget di akhir taun 2015!
I can say, traveling
is an addiction! Once you travel, you will always try to find a chance to do it
again. Why? Karna menurut Silmi, banyak hal-hal positif yang bisa didapet
dari traveling, salah satunya:
1. To find some inspirations!
Use your eyes and brain to record and
explore about what you’ve seen while traveling, later on you can create
something inspiring! Kemarin pas ke kota tua Venice, banyak banget toko-toko
yang jual barang-barang unik dan sangat berseni. Buat kamu-kamu yang punya plan untuk berbisnis di bidang hand-crafting, this is your paradise! Interior
design Eropa juga gemes-gemes dan lucu-lucu banget loh, termasuk café-café yang ada di pinggir jalannya,
hehehe.
2. To learn about social cultures
Kota paling lama yang dikunjungi selama
trip adalah Paris. Selama 10 hari kita tinggal di apartemennya temen ibu disana
dan mencoba menjadi seorang Parisien (sebutan untuk warga Paris). Ada banyak
banget lo pelajaran yang bisa diambil dari Parisien!
Jadi, waktu itu kami ber-5 mau ke rumah
temennya ibu naik Metro (transportasi umum berupa kereta bawah tanah) sambil
bawa semua barang-barang kita yg udah kayak orang pindahan itu (seperti koper dan
travel bag yang segede gaban). Kondisinya saat itu adalah, kita semua wanita
yang minimal 1 orang bawa 1 koper, di stasiun tempat kita turun itu ternyata banyak
banget tangga naik yang harus kita lewati untuk keluar. Dan kamu tau? Orang-orang
yang lalu lalang disana ternyata aware banget sama kita dan tanpa basa-basi
salah satu dari mereka bantu ngangkatin barang-barang kita melewati
tangga-tangga itu. I constantly amazed,
itu kopernya berat, tangganya panjang ke atas, tapi dia tanpa basa-basi ikut
ngangkatin barang-barang kita. Oh gosh,
there’s nothing we can say than, “Thank
you so much for helping us, Sir”.
Pernah juga waktu lagi duduk di dalem bis
umum, ada seorang kakek duduk di samping jendela. Di sampingnya ada wanita style kantoran yang lagi sibuk baca
sambil duduk. Seketika kakek itu sedikit kesulitan untuk membuka jendela, wanita
yang duduk di sampingnya itu tanpa basa-basi dan sigap langsung bantu ngebukain
jendelanya. Kakek itu-pun tersenyum dan bilang, “merci beaucoup”.
Ya, orangtua yang ada di transportasi umum
benar-benar dihormati oleh Parisien. Mereka selalu memprioritaskan seorang kakek/nenek
untuk bisa duduk di transportasi umum, sepenuh apapun situasinya. Mereka sigap
untuk berdiri dan memberikan kursinya untuk seorang yang lebih tua. Dan aku ga
pernah liat ada seorang kakek/nenek berdiri lama di sebuah metro atau bis umum.
Okay, itu semua hal kecil. But, I can
conclude that, orang-orang disana punya sense
of awareness yang cukup tinggi loh terhadap lingkungan sekitar. I admit that. Mereka ga pernah pake basa-basi untuk menolong orang lain.
Selain itu, mereka juga punya kebiasaan
untuk selalu menahan pintu di tempat umum ketika akan ada orang yang melewati
pintu itu juga di belakang mereka. Pintu itu ga akan dilepas sampe orang di
belakangnya menyambut pintu itu. I always
try to do it whenever I was passing a door in public places, and it was fun!
Aktivitas saling memegang pintu itu akan terus berlanjut sampe udah ga ada
orang lagi yang melewati pintu itu. Besides
that, orang-orang disana juga sangat ramah. Aku sering banget ga sengaja
bertatapan mata sama orang di jalan, dan mereka selalu tersenyum sambil
menyapaku, “bonjour”. These are some good habits we can adapt from
Parisiens.
3. To challenge yourself
Berada di lingkungan yang belum pernah kita
datangi sebelumnya, dengan orang-orang yang belum pernah kita temui merupakan
sebuah tantangan buat diri sendiri. Disamping mereka juga punya bahasa dan
budaya yang juga berbeda dengan kita, lagi-lagi kita hanya bisa mencoba
beradaptasi dan berbaur dengan orang-orang disana. Ketika kamu tertantang untuk
menjadi seorang turis ataupun warga yang baik di tempat orang. It’s your choice whether you will act like a
tourist or a local. But, acting like a local is way more challenging! Indeed!
4. To create self-confidences
Poin ini kurang lebih sama dengan poin di
atas. Traveling abroad melatih keberanian kamu dalam berbahasa asing dan
bersikap. Ketika mereka menganggap keberadaan dan menghargai attitude kamu selama disana, your confidence level has just increased!
5. To learn about histories of the world
Hmm, oke. Sejujurnya sekarang-pun aku udah
banyak lupa sama cerita-cerita sejarah yang sempet diceritain oleh tour guide selama eurotrip kemarin hehe.
Tapi, untuk orang-orang yang daya ingatnya tinggi dan sangat menyukai sejarah, traveling bener-bener bisa buka wawasan
kamu! Kemarin aku cukup banyak mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti
Colloseum, menara miring Pisa, kota di atas air “Venice”, St. Peter Basilica,
Cologne Cathedral, Atomium, Notre Dame, Arc De Triomphe, Musee du Louvre,
Eiffel Tower, Chateau de Versailles, dan masi banyak lagi. Hampir semua
tempat-tempat yang dikunjungi itu punya sejarahnya masing-masing loh. Cuman ga
semuanya aku inget jalan ceritanya. Hehehe.
Okay
good people! Mudah-mudahan post ini sedikit bisa membuka gambaran
temen-temen mengenai traveling ya. Intinya sih, kalo temen-temen ada kesempatan
untuk traveling (misalnya diajak temen, ato ada rezeki lebih), go plan for it! Explore and make
experiences! This world is too big to be lived on.
By the way, aku juga jadi pengen nih untuk Eurotrip lagi, tapi ke negara-negara yang belum sempet dikunjungin kemarin haha. Mudah-mudahan kalo udah kerja nanti bisa nyicil nabung, terus perginya bareng suami deh (Aamiin). Kayaknya bakal lebih seru deh! Haha.
Jangan khawatir ya good people, habis ini Silmi bakal share sedikit tips n trick buat yang mau traveling!
Hehe. :p
@silminasusra
Sangat setuju dengan point-point yang dijabarkan silmi, traveling is not only about going and staying to different places. Dengan traveling membuka mata kita bahwa masaih banyak yang dapat kita nikmati dalam hidup ini sebagai refleksi untuk menyadari kebesaran Allah SWT yang sangat patut kita syukuri, maka traveling dapat menjadi bagian self-reminder bahwa kita hanya makhluk yang kecil dihadapan-Nya dengan segala kebesaran-Nya. Proses kehidupan sendiri merupakan "traveling" sebagai proses pembelajaran bagi kita untuk menjadi manusia seutuhnya. Jadi jangan pernah ragu untuk mengejar mimpi-mimpi "traveling" kita sebagai bentuk aktualisasi diri. Catch the flight, enjoy the secenery, and let the experience of traveling bring the surge of happiness
ReplyDeleteKisah yang sangat menginspirasi silmi, thx for your kindly sharing ;)
"Let the experience of traveking bring the surge of happiness". Aku suka bgt kang sama kalimatnyaaaa hehe. Makasi feedbacknya kang, so true!! :)
Delete